Tidak jarang kita temui berbagai keluhan orang tua dalam menghadapai rintangan dalam mendidik anak.
Masih saja mereka mengeluh bagaimana cara memberikan pendidikan anak yang sesuai dengan keinginan orang tua yang baik.
Terutama mendidik anak supaya memiliki akal yang sehat serta budi pekerti yang benar, dalam islam di katakan sebagai Ahlak.
Wahai orang tua, kita semua di ciptakan Allah Subhaanahu wa ta’ala membawa risalah yang harus disebarluaskan ke masyarakat umum atau paling kecil dalam ruang lingkup keluarga.
Apa risalah yang di emban oleh setiap manusia, risalah tersebut adalah berdakwah dan menebar kebaikan serta memberikan conti yang baik sesuai dengan tuntunan dalam islam.
Namun terkadang kita lupa untuk menjalankan risalah tersebut, kita semua terkadang sibuk dengan urusan duniawi semata,
Padahal sudah jelas dikatakan dalam al-quran bahwa “kehidupan dunia itu hanyalah sendau gurau semata.”
Sebagian manusia tidak pernah berfikir dalam surah tersebut memiliki kandungan yang sangat luas dan ketika kita nikmtai bahasa tersebut, maka sesungguhnya hati akan menjadi tenang.
Baca juga: Perbedaan Zakat dan Pajak
Namun tidak jarang manusia yang di ciptakan justru lalai dalam menjalankan tugas mulia ini, dan lebih mementingkan kehidupan duniawi daripada kehidupan kelak.
Manusia justru fokus ke alam dunia dan mengejar harta, mengejar popularitas, mengejar keakuan dan melupakan tanggungjawab besar terhadap janji setia kepada sang maha memberi hidup.
Rintangan Dalam Mendidik Anak
Berkaitan dengan akhlak yang baik, Imam Syafi’i berkata:
”Jagalah dirimu dan hiasilah dirimu dengan akhlak dan budi pekerti yang mulia! Niscaya engkau akan hidup sejahtera dan tutur kata orang-orang terhadapmu akan menjadi indah.
Janganlah memusuhi manusia, kecuali dengan sikap ramah! Niscaya akan ada yang menolongmu dan banyak sahabat akan mengasihimu. Di antara tanda-tanda benar dalam ukhuwah ialah menerima kritikan teman, menutupi aib teman, dan mengampuni kesalahannya.”
Yaqut al-Hamawiy berkata bahwa pada suatu hari ada seorang yang datang kepada Imam Syafi’i. Ia membawa lembaran yang tertulis,
”Tanyakanlah kepada Imam Syafi’i, sang Mufti Makkah dari keturunan Hasyim, ’Apakah yang dia lakukan ketika sedang sangat marah kepada seseorang.’
Imam Syafi‘i lalu menuliskan sesuatu di bawah pertanyaan itu,
’Tekanlah nafsunya, kendalikan amarahnya, dan hendaklah bersabar dalam menghadapi setiap persoalan.’
Pembawa lembaran itu kemudian datang kembali sambil membawa tulisan yang baru sebagai jawaban fatwa Imam Syafi‘i,
’Bagaimana mungkin dia dapat menekan nafsunya pada saat nafsu itu telah menjadi pembunuh dan setiap hari ada saja halangan yang merintanginya.’
Imam Syafi‘i menjawab lagi,
’Jika dia tidak mau bersabar atas derita yang menimpanya, tidak ada jalan lain baginya, kecuali hidup berhiaskan tanah.’”
Perlu diingat, kemerosotan akhlak tidak dapat dicarikan alasan dengan menyatakan bahwa hal itu karena pelaksanaan pendidikan di sekolah yang kurang berhasil.
Mengapa? Sebab, kemerosotan akhlak bangsa disebabkan oleh banyak faktor, seperti pengaruh globalisasi, teknologi, krisis ekonomi, sosial, politik, budaya, dan lain-lain.
Misalnya, karena terjadinya krisis ekonomi menyebabkan banyak orang sulit mencari sesuap nasi. Akhirnya, mereka nekat mencuri, menipu, memeras, merampok, melacur, dan lain-lain.
Contoh lain, karena pengaruh globalisasi, orang ingin mencontoh gaya hidup mewah, maka karyawan atau pegawai rendah pun ingin bisa memiliki kendaraan bermotor.
Akhirnya, mereka berupaya mencari uang dengan cara apa pun asal bisa memiliki kendaraan bermotor.
Pergaulan Terlalu Bebas
Pendidikan (nilai) apa pun tidak mudah di tanamkan ke dalam pribadi anak didik, karena banyak faktor yang memengaruhinya, baik faktor penunjang maupun faktor penghambat.
Sebagai contoh, ada seorang anak yang di dalam rumah mendapat pendidikan yang baik karena kebetulan bapak-ibunya adalah seorang guru misalkan.
Akan tetapi, di luar rumah ia mempunyai kawan yang nakal, yang sering mengajaknya main judi dan melihat film porno.
Seandainya mereka menang dalam berjudi, mereka akan membawa hasil perjudian tersebut untuk bersenang-senang ke tempat penjualan minum minuman keras.
Nah ketika Bapak dan ibunya tidak mengetahui perilaku anaknya yang sesungguhnya, maka ini juga mampu mempengaruhi perilaku serta ahlak si anak tersebut.
Menentukan Sekolah
Keberhasilan mendidik anak tidak dapat melimpahkan tanggungjawab pada pendidikan formal di sekolah saja, namun diharapkan adanya sinkronisasi dengan pendidikan di luar sekolah, yaitu pendidikan dalam keiuarga (informal) dan masyarakat (nonformal).
Atau bisa menentukan sekolah yang memberikan pendidikan keduanya, baik pendidikan secara formal dan pendidikan agama sepenuhnya.
Saat ini banyak sekolah-sekolah berbasis islam yang bisa bapak ibu incar untuk menitipkan anak mulai dari sekolah tingkat taman kanak-kanak (TK) hingga sekolah tingkat atas.
Bapak ibu yang dirahmati Allah Subhaanahu wa ta’ala, Pengaruh faktor luar sekolah terhadap pendidikan ini merupakan masalah yang sangat serius pada dewasa ini.
Misalnya, para siswa di sekolah dididik menjadi anak yang jujur, tetapi kenyataan dalam setelah pulang dan bersatu ke masyarakat, mereka menjumpai perilaku suap-menyuap, korupsi, pungli, dan lainnya.
Di sekolah mereka di didik sesuai syariat islam dengan berbusana sopan dan menjauhi minuman keras, tetapi dalam tayangan televisi, smartphone dan lainnya mereka di suguhkan tontonan yang tidak baik.
Atau seringnya mereka melihat turis dari negara asing yang datang ke Indonesia banyak yang berpakaian mempertontonkan aurat dan minum minuman keras merupakan kebiasaan mereka sehari-hari dan ini juga tidak baik untuk perkembangan anak.
Baca juga: Pelajaran Keteladanan Para Pahlawan
Jika kita simak di media sosial sekarang, sepertinya ada sesuatu yang menyedihkan soal cara seseorang menyampaikan pendapat, kritik, dan saran serta koreksi yang dilakukan dengan cara yang kurang terpuji, kotor, kasar, dan nista, saling menjatuhkan, saling mencemarkan, dan saling membeberkan aib, tidak sopan dan lain sebagainya.
Ini adalah faktor atau akibat kemajuan teknologi yang belum seimbang dengan pendidikan ahlak, belum seimbang dengan pendidikan agama yang ada di negara kita.
Oleh karena itu, kita semua sebagai orang tua, wajib memberikan tuntunan sesuai dengan yang dianjurkan dalam agama islam.
Kesimpulan
Sebagai manusia kita wajib menjalankan risalah yang di bebankan kepada kita semua, memberikan contoh yang baik dan benar sesuai syariat islam dan menjauhi segala larangan Allah Subhaanahu wa ta’ala.
Awasi pergaulan anak-anak kita semua, berikan kasih sayang yang cukup untuk mereka.
Kemudian Berikan anak pendidikan yang cukup, baik pendidikan formal maupun pendidikan agama.
Masukan mereka ke Sekolah Islam atau Pondok Pesantren terdekat dan bantu lembaga pendidikan agar mereka mampu dan maksimal dalam menjalankan kewajiban mereka mendidik anak di sekolah.
Untuk Orang Tua, kurangilah bermain media sosial dan fokuslah kepada kehidupan nyata, karena sesungguhnya kehidupan nyata itu sangat membutuhkan waktu yang tidak sedikit.
Jika ada Luang Waktu, pergunakan waktu bapak ibu untuk membaca buku-buku tentang Fiqih Sunnah, Membaca Al-Quran, Menghafal Al-quran supaya perlahan-lahan bapak ibu melupakan kegiatan media sosial dan mengurangi ghibah disana.
Semoga kita semua di berikan kemudahan untuk selalu berbuat kebaikan.